my hit blog

Senin, 02 November 2009

OASE IMAN

  • Senin, 02/11/2009 14:33 WIB A Day with the Prophet oleh abuWafi Bayanganku mengantar koran di musim panas terpotong ketika bror Rozak meneruskan “Tahu nggak, sebenarnya kebiasaan puasa gue ini bermula saat gue menbaca sebuah komik, di situ tertulis apa-apa yang bisa kamu lakukan, maka lakukanlah dan yang tidak bisa kamu lakukan tinggalkanlah
  • Senin, 02/11/2009 07:43 WIB Gajah Dipelupuk Mata oleh Farhan Fahmi Betapa banyak kisah-kisah serupa yang menyiratkan tanda-tanda kekuasaan Allah swt dibumi tempat kita berpijak. Namun, terkadang kita lupa bahwa sebenarnya “jejak-jejak” Tuhan banyak melintas di depan mata. Mungkin akibat kemaksiatan yang membuat kita tidak bisa melihatnya atau memang karena kita tidak memikirkannya.
  • Sabtu, 31/10/2009 08:16 WIB Jaring Maya yang Menyesatkan oleh A. Mustari Sejak dari berteman terlalu akrab sampai pada perilaku seksual dengan orang selain istrinya. Kali ini teman saya ini bercerita tentang perilaku suaminya yang mulai aneh-aneh sejak aktif berinternet. Sejak ada internet di rumah, suaminya selalu nongkrong di depan komputer.
  • Jumat, 30/10/2009 13:35 WIB Banyak Cinta Untuk Cinta oleh Meti Herawati Subhanalloh saya tak kuasa menahan tangis, miris melihat nasib anak ini. Di umurnya yang baru 10 bulan dia sudah kenyang dengan kegetiran hidup, berhari-hari dalam pelarian bersama ibunya yang mencari sang suami, kemudian dirampok dan akhirnya hidup menggelandang di jalan sampai akhirnya kena razia polisi.
  • Jumat, 30/10/2009 07:32 WIB Kematian Adalah Pasti, Bersiaplah oleh Fery Ramadhansyah Kebahagian itu memang indah. Penuh canda dan tawa. Suka cita dan riak soraya saling bersahutan, mengenang masa lalu yang pernah ada. Kisah dan cerita pun diadu, mengenang bagaimana kami dahulu. Namun, seketika di tengah masa-masa keceriaan itu, kata-kata bapak begitu menghenyuhkan perasaanku.
  • Kamis, 29/10/2009 14:05 WIB Mendengarkan = Menyembuhkan oleh sriyanti Anwar Ketika mendengar ‘kesaktian’ dokter ini dari beberapa orang yang pernah menjadi pasiennya timbul rasa penasaran di hati saya. Menjadi orang yang dibutuhkan masyarakat tentu bukan hal mudah, menurut saya orang seperti ini pastilah memiliki sesuatu yang luar biasa.
  • Kamis, 29/10/2009 08:28 WIB Saat Istri Enggan... oleh M. Arif As-Salman Seseorang pernah bercerita pada istri saya, bahwa ia butuh waktu 5 tahun untuk menyesuaikan diri, saling memahami dan pengertian antara dirinya dan suaminya. Waktu yang cukup lama memang. Tapi itulah proses yang mesti dijalani, dan ketika proses itu sanggup dilewati maka kebahagiaan pun bersemi indah.
  • Rabu, 28/10/2009 14:19 WIB Jejak Emas Yang Kian Terhempas oleh Dev Kasihan muslim-muslim kecil itu tidak mengenal barisan orang-orang mulia pada zamannya. Mereka lebih mengagumi para ilmuwan dan bahkan para filsuf barat. Saat beranjak remaja, akan kita jumpai kiblat mereka pada segala sesuatu berbau kebarat-baratan. Yang pada akhirnya, mereka merasa malu, merasa risih, jika diajak berbicara soal Islam.
  • Rabu, 28/10/2009 08:16 WIB Televisi, Musuhku oleh Yudian Budianto Rumah menjadi seperti diskotik. Hingar-bingar. Kadang berisik dengan dialog,lalu senyap sebentar, setelah itu berisik dengan musik-musik iklan. Brang-breng-brang-breng, lalu berganti dengan yang lain. Rumah tidak membawa ketenangan, berisik, sempit sekali kesempatan untuk mengingat ALLAH, untuk merenung, karena hati kita telah dirampok oleh tv.
  • Selasa, 27/10/2009 13:57 WIB Pensiun dari Facebook oleh Anandita Oalah, Jamal demam facebook juga. Dulu pernah istrinya Jamal membuka account friendster untuk pertemanan, namun Jamal tidak menyukainya. Alasannya, tidak ada gunanya dan membuka peluang pertemanan dengan cowok lain. Pokoknya bisa jadi akan timbul gejolak di hati yang bisa menjadi fitnah!
  • Selasa, 27/10/2009 09:25 WIB Salah Perhitungan oleh Syaifoel Hardy Pemukiman yang padat membuat aliran air di rumah kami jadi tersendat. Air yang disediakan PDAM kini tidak lagi lancar seperti dulu. Jam-jam tertentu air akan mati. Ibu-ibu kebingungan. Alat-alat dapur banyak yang tergeletak belum sempat tercuci.
  • Senin, 26/10/2009 14:03 WIB Jangan Langkahi Otoritas Tuhan oleh Abdul Mutaqin Manusia memang memiliki sisi keunggulan sebagai mahluk Tuhan, tetapi manusia tetaplah manusia. Andaikan ada manusia yang diizinkan Tuhan tahu dengan pasti kapan kiamat terjadi, maka yang paling pantas tahu adalah Muhammad shallallaahu ’alaihi wa sallam.
  • Senin, 26/10/2009 07:37 WIB Indonesia Dan Kebebasan oleh Yasir Bukan pemandangan yang luar biasa apabila ada sebuah mobil mewah melintas di depan kita lalu menerbangkan sesuatu dari jendelanya yang sedikit terbuka ke jalan raya. Sesuatu itu bisa bermacam-macam. Bisa kulit rambutan, kulit duku, kertas tissue, puntung rokok, sampai gelas air mineral. Sebuah hal yang luar biasa apabila pemilik mobil mewah itu ternyata tidak terpelajar.
  • Minggu, 25/10/2009 09:36 WIB Mahasiswa Ampas oleh Fiyan Arjun Ampas mungkin menurut streotip bahwa hal itu tak berguna sama sekali dalam sebuah kehidupan. Tetapi saya katakan lagi hal ini tidak ada sama sekali menyangkut sesuatu atau pun benda. Karena di sini saya membicarakan tentang sebuah sikap—yang patut diacungi jempol!
  • Sabtu, 24/10/2009 08:42 WIB Karena Aku Memang Sudah Berkeluarga oleh Nurudin Rupanya pilihanku pada sebuah photo diriku bersama putri tunggalku yang menjadi penyebabnya. Dan ini berbeda prinsip denganku. Aku memang pernah membaca beberapa kejadian negatif yang terjadi berawal dari photo yang dipajang di internet
  • Jumat, 23/10/2009 14:45 WIB Mengupas Realita, Membalut Duka Bangsa oleh Syaifoel Hardy Kok masih bisa-bisanya ya, orang kita yang di Qatar sana (tentunya mendapat restu dari KBRI), mengundang Evi Tamala dan berjoget bersama, sementara saudara kita di Ranah Minang tengah meratap pedih di bawah reruntuhan gempa? Saya katakan mendapat restu karena tempat berjogetnya ya persis di depan Gedung KBRI.
  • Jumat, 23/10/2009 07:44 WIB Tantrum oleh Diyah Wulandari Husni Entah kapan mulainya sulung kami ini mulai bertantrum ria. Terasa oleh saya sih mulai adeknya lahir. Dan semenjak sulung mulai masuk TK. Tangisannya yang lumayan menjengkelkan tanpa jeda, ck bener-bener awet. Istiqamah banget sulung menangis sampai tercapai keinginannya. Hmmh, ego yang luar biasa.
  • Kamis, 22/10/2009 13:57 WIB Memberi Bila... oleh Eko Prasetyo Namun, seiring perkembangan zaman, rasa solidaritas dan sosialitas ikut tergerus. Yang memberi memang lebih banyak. Tapi, yang memberi dengan maksud tertentu atau berharap imbalan pun tak sedikit. Pejabat yang doyan menerima ketimbang memberi juga banyak, maksudnya menerima suap dan sejenisnya.
  • Kamis, 22/10/2009 08:01 WIB Ber-Islam di Belanda oleh Yelvi Levani Dulu saya pernah mendengar istilah "Kita memang jarang menemukan orang Islam di eropa, tetapi kita akan banyak menemukan Islam di sana". Ternyata ungkapan itu memang benar. Di sini amat sangat menghargai waktu,hal yang juga diajarkan oleh Islam. Di sini amat sangat menjaga kebersihan, hal yang juga diajarkan oleh Islam.
  • Rabu, 21/10/2009 14:16 WIB Senangnya Bepergian Bersamanya oleh Nurudin Dimas memiliki hobi membaca dan rajin mengaji. Koleksi buku-buku Islaminya lumayan banyak, tak seperti diriku. Setiap hari, bada’ sholat Maghrib dia mengaji sampai waktu Isya tiba. Dia masih belajar mengaji, layaknya sepertiku padahal kutahu dia sudah berkali-kali khatam Al Quran. Setiap malam Rabu dia hampir tak pernah absen mengikuti pengajian di rumah Haji Nurdin.

(Arsip Oase Iman)

Bukti Kedengkian Zionis Pada Al-Aqsha




 
DR. Salem Barokat
Harian Kebangkitan Syuriah
Suatu saat Hertzel (pendiri Zionis internasional) berkata, “Jika kita berhasil menguasai Al-Quds dan saya masih hidup serta bisa berdiri, maka saya akan hapuskan semua yang tidak dianggap suci oleh Yahudi di Al-Quds. Aku akan hancurkan semua bangunan bersejarah, walau telah berumur ratusan tahun lalu itu”. Inilah upaya yang dilakukan Zionis terhadap Al-Quds dengan menghilangkan indentitasnya dan berupaya meyahudikanya.
Dalam kecaman kita terhadap pernyataan Hertzel ini terkait dengan perkembangan terakhir Al-Quds saat ini, membuat kita tak terlalu membenci secara mutlaq ajakan sejumlah organisasi Zionis untuk membangaun Harhabit, altar penyembahan di atas reruntuhan Masjid Al-Aqsha dan Al-Haram Al-Quds.
Dia adalah pengikut organisasi penghancur Al-Aqsha yang didirikan di Israel sejak penjajahan Al-Quds tahun 1967. Organisasi ini merupakan underbow dari sejumlah organisasi yang berpaham dan bertujuan zending. Sebab pada dasarnya semua keagamaan Zionis bertujuan sama yaitu membangun Israel Raya dengan menggabungkan Tepi Barat serta jalur Gaza sebagai bagian dari kerajaan Israel. Disamping pembangunan Haikal di areal Al-Haram Al-Quds, tempat dimana Masjid Al-Aqsha berdiri. Paham seperti ini juga banyak disosialisasikan di antara warga keagamaan Israel, bersinergi dengan gerakan Zionis dan bersamaan dengan perluasan permukiman Israel yang ditunjang dengan kepentingan ekonomi serta politik.
Organiasai Ghosh Emunem misalnya sebagai golongan “beriman” Zionis yang paling dulu ada di Israel, sekitar tahun 1974 menyusul kekhawatiran Israel pada perang pembebasan tahun 1973 yang mengakibatkan kerugian jiwa dan mental yang tak sedikit.  Salah satu tujuan dari organisasi ini adalah melaksanakan kegiatan perluasan permukiman di wilayah Palestina dan memaksa pemerintah Israel agar tidak melepaskan satu jengkal tanahpun dari wilayah jajahan. Mereka melakukan kegiatan ini dengan kekerasan disamping menghimpun sejumlah besar kalangan Israel untuk tujuan tersebut.
Dalam pelaksanaanya, mereka mengumpul dana dan mempersiapkan sekolompok orang bersenjata yang loyal untuk melaksanakan operasi pembunuhan terhadap tokoh-tokoh Palestina dan pemimpin perlawanan.
Diantara factor pendorong berdirinya golongan ini sebagaimana diungkapkan, Yezhar Beir (pengamat politik Israel) dalam penelitianya tahun 2000 dengan judul “Realitas Bahaya atas pembangunan Haikal” dari sejumlah kelompok agamawan Zionis adalah :
Pertama : Kekhawatiran bangsa Israel kalau al-Haram Al-Qudsy dan tempat suci ummat Islam dikuasai kembali oleh pemerintah Palestina.
Kedua : Meningkatnya campur tangan dari sejumlah kelompok radikal Yahudi yang mendukung pembangunan Haikal di atas Masjid Al-Aqsha.
Kemudian DR, Tahsin Halabi (peneliti spesialis bidang Israel) dalam kajianya yang diterbitkan Institution Al-Quds International menyebutkan, sebanyak 18 organisasi Zionis menyerukan untuk membangun haikal, setelah organisasi Ghaos Emunem dibubarkan dan dihilangkan eksistensinya secara resmi, di awal tahun Sembilan puluhan. Kemudian para pemimpinmya diangkat menjadi pemimpin di organisasi Zionis radikal. Seperti,
1.      Organisasi Meir Kahane yang menyerukan pendirian Israel Raya
2.      Organization Majon Hammeikdash, atau Institut Haikal Suci.
3.      Haywabak atau Hai Mikayam, gerakan pembaruan dan kebangkitan kerajaan Israel.
4.      Organisasi yang percaya pada Haikal.
5.      Gerakan pembentukan Haikal
6.      Kelompok Jabal Hamor yang tergabung di dalamnya sejumlah akademisi dan rabi Yahudi.
7.      Women's Group Haikal yang bertugas mengumpulkan emas, perhiasan dan batu-batu berharga untuk ditempatkan di Haikal
8.      Gerakan “Mari kita mulai dengan tangan kita”
9.      Training para normal (Mcmarott Hakotem). Mereka mempersiapkan diri untuk menjadi imam di Haikal.
10. Kelompok pengadilan rabinis haikal, yang merupakan otoritas yudisial tertinggi
11. Georizim Foram, organisasi pemukiman AL-Quds Arab.
12. Organisasi Para Normal (School of Biblical seminari)
13. Organisasi Beit Orot (Beit Al-Anwar).
14. Organisasi Ailied (untuk persiapan Kota Daud di Al-Quds).
15. Organisasi Loshana untuk mengusir bangsa Arab dari Al-Quds dan membuat permukiman di atasnya.
16. Organisasi Kembalinya anak-anak Yahudi yang mengkonsentrasikan pemindahan para Mafia dan penjahat terorganisir untuk memerangi bangsa Arab.
17. Gerakan paham Yahudi yang menyerukan pengusiran bangsa Arab dari kota Al-Quds.
18. Organisasi Shuhari Haikal yang berupaya membangun Haikal dan berusaha menyatukan semua organisasi yahudi.

Pada Pebruari 1990, sejumlah anggota organisasi yahudi yang berjumlah 60 orang untuk pertama kalinya berkumpul. Dan pada tahun 1997 sejumlah anggota konferensi organisasi-organisai persatuan dengan slogan menjaring 1000 anggota. Pada Desember 1999 anggota konferensi organisasi ini menggelar aksi bersama yang diikuti 4000 anggota. Pada tahun 2000 mereka berhasul mengumpulkan masa sebanyak 50.000 orang yang menyerukan pembangunan Haikal dan menghancurkan Al-Aqsha.
Dari sini kita paham, betapa berbahayanya organisasi ini, berikut kegiatan dan cabang-cabangnya di berbagai negeri plus situs internet dan bahasa yang digunakanya untuk menyebarkan paham dan tujuanya.
Seorang yahudi Yehuda Atsbion di NewsHour pada 30/9/1996 mengatakan, saat ini saya tidak dapat menentukan waktu yang tepat untuk menghancurkan masjid ini (Al-Aqsha). Tetapi aku yakin bahwa peristiwa ini akan terjadi sebagaimana aku yakin aku seorang yahudi. Kemungkinan bangsa Arab akan meratapi dan menangis saat masjid tersebut dihancurkan. Namun aku tak yakin bila hancurnya AL-Aqsha akan menyebabkan perang nuklir.
Senada dengan atas Salomon Giroshon kepala penjaga Haikal di Candi Maonst Gerozlim pada 24/7/2007. Ia mengatakan pada sejumlah rabi Israel dan pemerintahnya saat itu agar melarang kaum muslimin shalat di dalam Masjid Al-Aqsha, agar bangsa Yahudi dapat melakukan ritual ibadah yahudi yang akan dibangun di dalamnya. Ia mengingatkan perdamaian tidak akan terwujud selama Masjid Al-Aqsha masih berdiri tegak ?? !!. (asy)

Tarzan Perempuan

abtu, 31 Oktober 2009 17:54
E-mail Cetak PDF
Rochom P'ngieng, perempuan Kamboja yang menghabiskan 18 tahun hidup di hutan setelah hilang ketika masih kecil, telah berjuang untuk bisa menyatu dengan kehidupan di desanya. (SuaraMedia News)Rochom P'ngieng, perempuan Kamboja yang menghabiskan 18 tahun hidup di hutan setelah hilang ketika masih kecil, telah berjuang untuk bisa menyatu dengan kehidupan di desanya. (SuaraMedia News)
PHNOM PENH - Penemuan di Kamboja ini menguatkan legenda Tarzan, manusia yang hidup di hutan belantara sendiri. Hebatnya lagi si Tarzan adalah seorang wanita bernama Rochom P’Ngieng. Rochom diketahui ditemukan setelah hilang selama 19 tahun di rimba belantara.

Kini seorang ahli psikologi asing, melakukan pemeriksaan terhadap kondisi Rochom P’Ngieng. Penemuan Rochom yang menghebohkan dunia membuat Hector Rifa, seorang anggota Psikolog Tanpa Batas, mau melakukan perjalanan ke Kamboja guna memeriksa kondisi psikologis gadis hutan itu.

“Tampaknya dia tak mem-punyai gejala-gejala penyakit kejiwaan,” tutur Hector seperti dikutip dari AFP.

Hector yang hampir lima tahun menghabiskan wak-tunya di pedalaman Kamboja mengatakan, Rochom sehat-sehat saja, namun dia masih kaget dengan kehidupan ma-nusia yang baru pertama di-temuinya.

Ketika ditemukan 11 hari lalu, kondisi Rochom (Ro) sa-ngat memprihatinkan. Tanpa mengenakan pakaian dia bertingkah layaknya binatang. Sedangkan sejak dibawa kem-bali ke rumahnya, Ro sudah tiga kali mencoba untuk kem-bali ke hutan dan merobek-robek pakaian yang dikena-kannya. Dia juga kerap berteriak-teriak, mengeluar-kan suara seperti binatang di hutan. Namun demikian, mes-kipun susah, perlahan-lahan Ro mulai mengerti kehidupan manusia.

Tak sepatah kata pun dari mulut perempuan itu bisa di-pahami. Ia hanya duduk. Memandang ke kiri, kanan, kiri, kanan.

Perempuan itu akhir pekan lalu menggemparkan Kambo-ja. Ia disebut-sebut ‘perem-puan rimba’. Sal Lou (45 ta-hun) seorang polisi desa per-caya, ia adalah anaknya yang hilang 19 tahun lalu. Rochom P’Ngieng, begitu namanya, sekarang harusnya sudah berumur 27 tahun, kira-kira seumur perempuan itu.

Perempuan yang hingga kini di-percaya sebagai Rochom itu digambarkan sebagai separuh manusia, separuh binatang. Ia tak bisa berbicara menggu-nakan bahasa apa pun.

‘’Ketika saya melihatnya, ia telanjang dan berjalan dalam posisi bungkuk ke depan seperti monyet Ia kurus sekali. Ia bergetar dan meraup nasi dari tanah untuk makan. Ma-tanya merah seperti mata harimau,’’ ungkap Sal Lou, warga Distrik Oyadao, Propinsi Rattanakiri yang jaraknya 200 mil sebelah barat laut Pnom Penh, Ibukota Kamboja tempat wanita itu ditemukan. Rochom P’Ngieng sendiri raib pada 1988.

Saat hilang, Rochom yang baru berumur delapan tahun sedang menggembala kerbau di kawasan terpencil, Chea Bunthoeun. Ayahnya men-duga ia dibunuh binatang buas. Warga suku minoritas Pnong itu mengaku, ia menge-nali anaknya dari bekas luka di tangan kanannya. Yakni, luka tersayat pisau saat Rochom bermain pisau di masa kanak-kanak.

Penemuan si perempuan rimba terjadi gara-gara se-orang warga desa merasa ma-kan siang di kotak bekalnya hilang saat ia pergi di dekat tanah pertaniannya. Maka, ia pun memutuskan untuk me-ngamati kawasan sekitar dan matanya menandai sesosok tubuh telanjang, yang tampak seperti manusia hutan. Sosok itu mengendap-endap men-dekat untuk mencuri nasinya. Warga desa itu akhirnya me-nangkap si perempuan rimba pada 13 Januari lalu.

Sal Lou mengaku sulit ber-komunikasi dengan perempuan itu karena ia tak bicara bahasa Pnong, bahasa warga setempat. ‘’Jika tidak sedang tidur, ia cuma duduk dan me-mandang kiri-kanan, kiri-kanan,’’ tutur Sal Lou. Bersama keluarganya, Sal Lou terus mengawasi perempuan itu. Sebab, ia sempat membuka baju dan bersiap lari kembali ke hu-tan. Kendati yakin, si perem-puan rimba adalah anak mere-ka yang hilang, Sal Lou dan istri tetap berniat melaksa-nakan tes DNA.

Kalaupun benar perempuan itu adalah Rochom, banyak pertanyaan masih belum bisa terjawab tentang keadaan saat ia hilang. Tampaknya, bakal sulit mendapatkan perjalanan hidupnya, mungkin juga tak akan pernah terungkap, se-lama 19 tahun hilang di rimba karena ketidakmampuannya berkomunikasi. Perempuan itu tampaknya menjadi ‘anak liar’ (feral child), tumbuh tanpa berhubungan dengan bahasa dan perilaku manusia. Para pakar yang mempelajari masalah ini menyebut sekitar 100 kasus tentang anak-anak liar telah tercatat, mulai dari abad ke-14.

Dalam beberapa kasus, bina-tang buas, serigala, anjing, bahkan burung unta, disebut-sebut membantu mereka ber-tahan hidup. Tapi, para pakar juga sebagian memperingat-kan kemungkinan lain. Ba-nyak kasus diduga karangan belaka. Anak-anak seperti itu ketika ditemukan umumnya tak bisa berkomunikasi.
Rochom P’Nieng saat dite-mukan telanjang dan kotor. Rambutnya panjang dan su-dah menjadi gimbal pula. Bila lapar, ia hanya menggerutu dan memukul perut.

Anak liar paling terkenal di dunia mungkin Victor dari Aveyron yang ditemukan di hutan dekat Toulouse, Prancis Selatan pada 1797. Ia diduga berumur 12 tahun dan jadi bahan pelajaran para ilmu-wan. Namun, mereka gagal mengajarinya berbicara. Kisah Victor pun menginspirasi film ‘Fancois Truffaut’, ‘L’Enfant Sauvage’ pada 1970.

Kasus lain, dua anak perem-puan India, Amala dan Kama-la, ditemukan hidup di sarang serigala di rimba Bengali pada 1920. Mereka dipelihara seekor serigala betina bersama dengan dua anak serigala lain-nya. Mereka berumur sekitar 18 bulan dan 8 tahun, tam-paknya, bukan bersaudara. Keduanya berjalan ‘empat kaki’, menolak berpakaian dan hanya mau makan daging mentah.

Cerita-cerita seperti itu menggugah, bukan hanya karena anak-anak itu luar biasa, tapi lantaran nyambung dengan literatur dan mitologi. Legenda tentang Romulus dan Remus adalah tentang dua bersaudara yang dibesarkan serigala dan pergi menemukan Roma. Lalu, ada pula tokoh Mowgli, karya Rudyard Kipling, diasuh oleh binatang buas di rimba.

Sementara itu, Rochom P’Nieng yang ada di era kom-puter ini tampaknya kesulitan untuk menyesuaikan diri de-ngan masyarakat manusia. Ayahnya mengatakan, ia menolak mandi, memakai pa-kaian, dan makan dengan sumpit. Dia berusaha kembali ke hutan sekali.
‘Tidak mudah, tapi kehidu-pan menantinya,’’ kata sang ayah dengan perasaan sayang.(hk) www.suaramedia.com

Mengenal Lebih Dekat Khalid Misy'al

Tak banyak yang mencermati orang yang selama ini mengelola Hamas dengan penuh amanah. Dialah Khalid Misy'al. Inilah di antara kisah kecil sisi lain dari kehidupan beliau.
Beliau bernama Khalid Misy'al. Sebuah nama yang cocok untuk mencirikan semangat perjuangannya memimpin Harakah Al-Muqaawamah Al-Islamiyah atau Hamas. Arti dari nama Khalid Misy'al adalah nyala api yang tidak pernah padam. Inilah seorang pemimpin gerakan Islam abad ini yang sangat ditakuti Amerika dan Israel.
Khalid lahir pada tahun 1956 di Silwad, sebuah wilayah dekat Ramallah yang kemudian menjadi wilayah Yordan. Ia menamatkan pendidikan sekolah dasarnya di Silwad pada 1967, kemudian pindah ke Kuwait karena perang.
Di Kuwait, Khalid kuliah di Universitas Kuwait, dan lulus sebagai sarjana muda bidang fisika. Semasa kuliah, Khalid Misy'al menjadi ketua himpunan mahasiswa Palestina dan menentang pemerintahan Yasser Arafat dan PLO-nya. Sejak masih belia, Khalid sudah tergabung dalam Islamic Haqq Bloc, yang bersaing dengan Fatah dalam merangkul masa mahasiswa.
Tahun 1980, ia mendirikan Liga Islam Mahasiswa Palestina, yang merupakan bagian dari Ikhwan. Tapi tidak lama, karena dibubarkan oleh pemerintah. Namun, segera Khalid pun mendirikan Liga Islam Mahasiswa Palestina (al-Rabita al-Islamiyya li Talabat Filastin) tahun 1980.
Setelah lulus, antara tahun 1978 hingga1983, Khalid Misy'al mengajar di berbagai kampus di Kuwait. Tahun 1983, gerakan Islam Palestina mengadakan pertemuan tertutup dan pesertanya berasal dari berbagai wilayah Palestina seperti Tepi Barat, Jalur Gaza, juga luar Palestina.
Pertemuan inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Hamas dan Khalid Misy'al adalah proyeksi masa depan kepemimpinan Hamas. Setelah itu Khalid tinggal di Kuwait. Ia menikah tahun 1981 dan dikarunia 7 orang anak.
Ketika Iraq menginvasi Kuwait, Khalid pindah ke Yordan dan mulai mencurahkan kosentrasinya secara penuh untuk Hamas. Ia kemudian menjadi ketua Biro Politik Hamas. Dari sinilah, mungkin, bisa terjawab siapa di balik invasi Irak ke Kuwait dan apa motif sesungguhnya.
Mossad, badan rahasia intelijen Israel, sudah lama mengincar Khalid Misy'al sebagai target operasi. Pada 25 September 1997, Mossad, atas perintah Perdana menteri Benjamin Netanyahu dan kabinetnya, mencoba melakukan pembunuhan terhadap Khalid.
Sepuluh agen Mossad yang paling terlatih ditugaskan untuk itu. Mereka menyamar sebagai turis Kanada dan memasuki Yordan dengan leluasa. Agen-agen Mossad ini sudah hampir dekat dengan sasarannya. Mereka bahkan sudah memasuki rumah Khalid Misy'al dan menyuntikan racun melalui leher Khalid ketika dia tidur.
Setengah mati, setengah hidup. Seperti itulah kira-kira yang dirasakan Khalid Misy'al setelah syaraf di leher dekat telinganya disuntikkan gas racun. Walaupun dua agen berhasil ditaklukkan oleh satu orang pengawal Misy'al, tapi racun sudah terlanjur disuntikkan.
Kedua agen Mossad yang dibekuk itu lalu ditukar dengan antidote (penawar racun), dan pembebasan Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yassin.
Alih-alih berhasil membunuh Misy'al, Israel malah terpaksa melepas ulama mujahid besar itu dari hukuman penjara seumur hidup waktu itu. Allaahu Akbar
Di tahun 2004, seorang pemimpin tertinggi Hamas tewas diroket Israel dalam mobilnya. Dialah Abdul Aziz al-Rantisi. Dan sejak itu, Khalid Misy'al terpilih sebagai pengganti Rantisi untuk memimpin Hamas.
Khalid Misy'al sangat kritis terhadap Yaser Arafat. Ia menolak ide gencatan senjata dengan Israel. Ia ditengarai sebagai kunci dari kebijakan Palestina. Ketika Syeikh Ahmad Yassin dibunuh Israel tahun 2004, ia mengatakan, "Kami tak akan pernah melakukan gencatan senjata dengan Israel jika rakyat Palestina terus diperlakukan seperti ini oleh Israel."
Ketika Hamas menang pemilu sah di Palestina, Khalid mengatakan, "Kita semua harus menyatukan diri, dan segera menyatakan kemerdekan kita. Kita harus punya angkatan bersenjata yang bisa melindungi kita dari agresi Israel."
Sebagai salah satu pemegang saham kemenangan Hamas dalam pemilu, Khalid Misy'al tidak mentang-mentang. Dia tidak seperti umumnya politisi yang minta dibalas dengan 'sanjungan' kekuasaan. Atau, mungkin 'proyek' kompensasi kekuasaan lain. Justru, Khalid memberi jalan bagi Ismail Haniyah untuk menjadi perdana menteri. Dan Khalid Misy'al kembali meneruskan kehidupannya di Suriah yang selalu di bawah bayang-bayang ancaman pembunuhan untuk konsisten memimpin organisasi jihad terbesar dewasa ini.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Rusia, Nezavisimaya Gazeta, tanggal 13 November 2006, Khalid Misy'al mengatakan bahwa Hamas akan sudi melakukan gencatan senjata dengan Israel jika Yahudi itu mau menghormati perbatasan Palestina yang sudah ada sebelum tahun 1967, dan Israel menarik diri dari wilayah Palestina. Sebuah syarat yang tidak mungkin akan disetujui Israel.
September tahun 2008, Israel dan media Barat menyebarkan isu bahwa Khalid Misy'al tewas terbunuh di Damaskus, Suriah. Hal ini langsung dibantah anggota Biro Politik Hamas, Muhammad Nazal.
Intaian dan ancaman pembunuhan inilah yang menjadikan Khalid Misy'al tergolong orang yang tidak mudah untuk ditemui. Setidaknya, pengalaman seorang wartawan Hidayatullah, Dzikrullah bersama isterinya yang juga wartawan, bisa menggambarkan betapa ketatnya keamanan untuk Khalid. (kisahnya tertulis di bawah tulisan ini)
Selain konsistensinya, Khalid Misy'al juga dikenal begitu tawadhu. Ia tidak besar hati dalam memposisi dirinya di hadapan publik. Ketika pada Muktamar Internasional di Damaskus November lalu, ada seorang peserta yang berdiri dan membacakan sebuah syair dalam bahasa Arab yang artinya, “Sesungguhnya Hamaslah pembawa panji jihad dan perlawanan yang sesungguhnya!”
Di hadapan dua ribuan peserta muktamirin, Khalid Misy'al menyempatkan diri untuk menjawab syair itu, “Bukan cuma Hamas. Hamas hanya bagian dari dunia Arab dan dunia Islam yang semuanya melakukan perlawanan.”
Kepada faksi Fatah yang disebut oleh Khalid sebagai “saudara-saudaraku yang mulia”, dia menyampaikan bahwa persoalan yang penting bagi Hamas bukanlah Fatah. “Persoalan kita bersama adalah bagaimana memperbanyak orang baik yang akan bangkit membebaskan Al-Quds dan Palestina, darimanapun asal mereka,” tegas Khalid Misy'al penuh semangat.
Pada muktamar itu, Khalid Misy'al menyampaikan gugatan kepada negara-negara sekitar Palestina. Dia mengajak negara-negara tersebut untuk selalu membantu perjuangan Islam di Palestina.
“Jika boleh dianalogkan, maka kelak di Akhirat, rakyat Palestina akan mengadukan kepada Allah kenapa bangsa-bangsa tetangganya membiarkan mereka ditindas dan dizalimi oleh Israel yang dibantu Amerika dan Inggris,” tukas Khalid.
Kapal-kapal kecil dari laut yang jauh, dari Inggris dan Cyprus telah dengan berani menerobos blokade Zionis Israel dan masuk ke Gaza.
“Kenapa sampai hari ini tidak ada satu kapal pun yang berasal dari negara-negara tetangga Palestina menolong rakyat Palestina?” tanya Khalid Misy'al.
Dalam empat bulan terakhir, sudah ada tiga kapal misi perdamaian yang berhasil menembus blokade laut Israel sampai berhasil merapat di pelabuhan Gaza.
Khalid Misy'al juga mengajak seluruh rakyat Palestina mempertanyakan, kenapa dalam berbagai perundingan yang di dalamnya terlibat Amerika, Israel dan Otoritas Palestina, “tidak pernah sekalipun dibicarakan mengenai Hak Kembali ke Palestina bagi bangsa yang sedang terjajah dan terusir ini?”
Ajakan itu disampaikan dalam pidatonya di depan Muktamar Internasional untuk Hak Kembali ke Palestina.
Menurut Khalid, jika benar perundingan-perundingan itu dilakukan untuk kepentingan dan kesejahteraan bangsa Palestina, hal pertama yang harus dibicarakan adalah Hak Kembali.
Kini, jihad sedang berkobar di Gaza, Palestina. Dan, Hamas telah berhasil membuktikan bahwa Amerika dan Israel tak lebih dari sebuah bangsa yang pengecut, tidak seperti yang selama ini digembar-gemborkan media massa mereka. (mnh) dari berbagai sumber
*** Pertemuan Dua Wartawan Indonesia dengan Khalid Misy'al Permintaan wawancara sudah diajukan tiga minggu sebelumnya, saat pasangan suami-istri tersebut berada di Libanon Selatan dalam sebuah misi kemanusiaan bersama tim dokter MER-C (Medical Emergency Rescue Committee). Sepekan sebelum wawancara, penghubung mereka yang juga orang Hamas mengaku diperiksa habis-habisan oleh atasannya.
Tiga hari menjelang wawancara baru terjadi kontak via telepon yang intensif antara Dzikrullah dengan orang Hamas yang berganti-ganti. Sehari sebelum mereka pulang ke Jakarta, baru ada kepastian dari Hamas. Pasti diterima, tapi waktu dan tempat masih dimajumundurkan, dirahasiakan. Jadwal wawancara dimajukan dari jadwal yang sudah disepakati sebelumnya.
Menjelang wawancara, Dzikru dan Santi dijemput dengan hangat dan ramah oleh seorang petinggi Hamas. Tempat pertemuan di sebuah masjid sesudah shalat maghrib, di Damaskus, bekas ibukota Khilafah Bani Umayyah dan kini ibukota Republik Arab Suriah. Hari sudah gelap, tapi beberapa orang berbadan tegap masih terlihat berdiri dan duduk di tempat yang kurang lazim, di sekitar masjid. Mereka berdua diajak masuk ke sebuah sedan yang berkaca sangat gelap.
"Di dalam mobil suasana sudah lebih akrab. Kami saling bertukar salam dan doa. Namun suasana tegang malah meningkat karena tiba-tiba saja supir membentangkan tirai hitam sehingga kami sama sekali tak bisa melihat jalan di depan.
Keadaan gelap itu hampir-hampir sama dengan kalau mata kami ditutup kain hitam," kenang Dzikru. Mobil berjalan cukup cepat, melambat di beberapa belokan, tapi ngebut sebisa mungkin, sampai akhirnya masuk ke sebuah garasi. Sebelum mereka keluar dari mobil, pagar baja tebal berwarna gelap di belakang mobil ditutup secara otomatis.
Mereka kemudian dibimbing masuk dan menemukan beberapa orang yang baru selesai menunaikan shalat Maghrib berjama'ah. Hampir semua pria yang ada di ruangan itu menyandang senjata di dada atau di pinggangnya. Semuanya menyambut dengan senyum akrab dan genggaman tangan yang erat. "Silakan masuk.. silakan masuk... Ahlan wa sahlan.."
"Telepon seluler kami diamankan. Sebuah mesin detektor logam untuk barang dan manusia dioperasikan. Salah seorang pria di dekat mesin itu tidak tersenyum sama sekali. Matanya tajam memandangi bola mata kami satu per satu. Salah seorang dari kami mengucapkan salam dan tersenyum kepada pria gagah ini.
Di belahan dunia manapun, kepada bangsa manapun, senyum selalu ampuh untuk mencairkan suasana. Kali ini tidak mempan. Matanya tetap menyorot tajam. Bibir pria itu hanya bergerak sedikit menjawab salam, tangannya mengisyaratkan bahwa tas komputer jinjing, tas-tas kamera, dan tas tangan kami semua ditinggal di situ untuk nanti akan dikembalikan. Barang-barang petinggi Hamas yang mengantarkan kami juga diperiksa," Dzikru menceritakan suasana saat itu.
Belum selesai. Mereka kemudian diantarkan ke sebuah ruang pertemuan yang ditata seperti ruang tamu di rumah-rumah, berpintu kayu dengan ukiran yang indah. Sunyi dan tenang. Di dinding terdapat billboard bergambar puluhan pemimpin Hamas yang sudah menjadi syuhada, di antaranya Insinyur Al-Maghfurullaah Yahya Ayyasy dan Syaikh Shalah Syahadah.
Ada sebuah poster besar bergambar khusus satu orang, Allahuyarham Syaikh Ahmad Yassin. Di ujung ruangan yang memanjang itu ada maket raksasa Qubatusy-Syaqr bangunan indah beratap sepuhan emas, icon Al-Quds. Di ujung yang satu, sebuah wallpaper besar menutupi seluruh dinding bergambar Masjidil Aqsha, peta dan bendera Palestina, serta logo gerakan Hamas.
Di atas gambar masjid suci ketiga itu tertulis ayat Al-Qur'an surah Al-Isra' ayat pertama: Subhaanalladzii 'asyra bi 'abdihi laylan min al-Masjidil Haraam ila al-Masjidil Aqsha....
Tak lama kemudian seorang pengawal dengan pistol di rompi dan kabel putih di telinga (mirip para anggota Dinas Rahasia Amerika yang mengawal presidennya), datang membawa semua barang-barang Dzikru dan Santi, lalu mempersilakan mereka untuk menggunakannya. Sesudah 10 menit berlalu datanglah seorang pria yang wajahnya menyirnakan seluruh ketegangan yang sejak ba'da Maghrib menggumpal.
Inilah Khalid Misy'al. Berjas setelan abu-abu, berkemeja putih bersih lengan panjang, bersepatu kulit hitam, berkaos kaki abu-abu. Rambut dan jenggotnya rapi dan memutih di sana sini. Hal pertama yang dilakukan pria ini begitu masuk ruangan adalah menyapa Santi, satu-satunya perempuan di ruangan itu.
Badannya sedikit membungkuk, telapak tangan kanannya ia letakkan di dadanya sendiri, sambil tersenyum Misy'al menyapa, "Assalaamu'alaikum, kayfa haluki.. tamaam?"
Sesudah itu dia menyalami dan memeluk para pria yang hadir, seperti bertemu dengan teman lama. Bersamaan dengan kedatangan Misy'al, dua orang pengawal berpistol di pinggang dan rompi mengantarkan air putih dan piring-piring berisi pisang, anggur, pir, dan apel segar.
Abu Umar Muhammad, Kepala Biro Politik Hamas, tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dengan setelan jas yang sangat rapi.
Rupanya, ia menjemput Misy'al untuk sebuah janji yang lain. Kehadiran Abu Umar membatalkan niat Misy'al untuk makan bersama Dzikru dan Santi sesudah wawancara.
Sesudah saling memperkenalkan diri, wawancara dimulai. "Bahasa Inggris saya tak begitu bagus," katanya merendah. (mnh) Sumber: Suara Hidayatullah

Erdogan dan Dakwah Islam

Walau berada di tengah masyarakat dan negara Turki yang sekuler, Erdogan dan partainya tetap ingin memperjuangkan nilai-nilai Islam yang mulai redup di negara yang pernah berdiri Kekhalifahan Islam terakhir ini.
Beliau bernama Rajab Thayib Erdogan, atau dalam bahasa Turki disapa sebagai Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan lahir di Istanbul pada tanggal 26 Februari 1954. Tapi, ia dibesarkan di tanah kelahiran ayahnya di Rize, daerah pesisir Laut Hitam di Georgia. Pada usia 13 tahun, Erdogan kembali ke Istanbul. Ayah Erdogan, selain sebagai penjaga pantai di Angkatan Laut, juga seorang politikus muslim.
Pada tanggal 4 Juli 1978, Erdogan menikah dengan seorang muslimah bernama Ermine Gulbaran. Sang isteri lahir pada tahun 1955 di Siirt. Dari pernikahan ini, Erdogan menjadi seorang ayah dari empat anak: Ahmad Burak, Najmuddin Bilal, Sumayyah, dan Isra.
Setelah tamat di sekolah dasar dan menengah Islam, Erdogan melanjutkan kuliah di Universitas Marmara, fakultas ekonomi dan bisnis. Selain mengikuti pendidikan, pada usia 16 tahun, Erdogan muda ikut tergabung dalam tim sepak bola semi profesional. Selain itu, ia juga bekerja di perusahaan angkutan kota Istanbul.
Pada tahun 1980, Erdogan meninggalkan sepak bola dan bekerja di sektor swasta. Dua tahun kemudian, Erdogan terkena wajib militer dan sempat menjadi perwira dengan tugas khusus.
Ada peristiwa miris di tahun 80. Saat itu, terjadi kudeta militer di Turki yang akhirnya mengeluarkan kebijakan pelarangan semua partai politik. Tiga tahun kemudian, akhirnya kebijakan tersebut mengalami pemulihan dengan membolehkan kembali partai-partai politik.
Sebelum pelarangan partai, Erdogan sudah bergabung dengan Partai Keselamatan Nasional yang Islamis pimpinan Najmuddin Arbikan yang dibubarkan militer. Ketika partai sudah diperbolehkan lagi di Turki, para mantan pengurus partai pimpinan Arbikan atau Erbakan mendirikan partai baru yang bernama partai Refah atau Partai Kesejahteraan. Dua tahun kemudian, atau tahun 1985, Erdogan menjadi ketua partai tersebut untuk Provinsi Istanbul.
Pada pemilu 1991, Partai Kesejahteraan melampaui ambang 10 persen yang menjadi syarat memperoleh kursi di Dewan Nasional Agung. Dan saat itu, Erdogan terpilih menjadi anggota dewan mewakili provinsi Istanbul. Sayangnya, Komisi Pemilihan Pusat mencabut posisi Erdogan karena dianggap telah menyalahi sistem pemilu yang berlaku.
Tiga tahun kemudian, pada pemilu lokal yang diselenggarakan pada 27 Maret 1994, Partai Kesejahteraan memperoleh suara terbanyak untuk pertama kalinya di wilayah Istanbul. Dari kemenangan itu, Erdogan resmi menjadi wali kota Istanbul Raya serta Presiden dari Dewan Metropolitan Istanbul Raya.
Kepiawaian Erdogan dalam memimpin Istanbul menjadi bukti bahwa ia memang sanggup dan layak menjadi pemimpin umat. Ia berhasil membangun prasarana dan jalur-jalur transportasi Istanbul, pengadaan air bersih, penertiban bangunan, mengurangi kadar polusi dengan penanaman ribuan pohon di jalan-jalan kota.
Dalam aspek moral, Erdogan pun tidak mau tinggal diam. Erdogan melarang segala praktik prostitusi dengan memberikan pekerjaan lebih terhormat kepada para wanita muda. Ia juga melarang menyuguhkan minuman keras di tempat yang berada di bawah kontrol walikota.
Selain soal pelacuran dan minuman keras, kasus korupsi juga tidak luput dari pembenahan yang dilakukan Erdogan. Sebelumnya, anggaran belanja Istanbul selalu minus. Dengan pembenahan yang dilakukan Erdogan, anggaran belanja menjadi plus, suatu hal yang belum pernah terjadi di pemerintahan daerah Istanbul. Ini semakin meningkatkan citra partai Rafah (kesejahteraan) di mata masyarakat.
Keistiqamahan Erdogan membuat para sekuleris di Turki gelisah. Dan saat itu, Erdogan memang menyatakan perjuangan demi Islamnya secara terang-terangan. Padahal, Turki memang masih menganut ideologi sekuler semacam orde baru di Indonesia pada zaman Suharto.
Pernyataan Erdogan yang mengejutkan kaum sekuleris adalah, “Menjadi sekuleris dan Muslim secara beriringan adalah berbahaya." Kontan saja, para kaum sekuler memberikan peringatan kepada lembaga tinggi negara tentang ancaman yang bisa merongrong wibawa ideologi sekuler di Turki. "Kita harus melawan Erdogan. Karena ini ancaman serius untuk ideologi kita yang sudah dibangun oleh pendiri negara ini!"
Tahun 1998, Erdogan akhirnya dipenjara. Pengadilan memutuskan penjara 9 bulan untuk Erdogan. Beliau dianggap menghianati asas Sekularisme negara. Dalam waktu yang sama, justru Erdogan mendapat simpati dari rakyat banyak karena karakternya yang berani menegakkan kebenaran. Selama ini, masyarakat Turki memang sudah muak dengan moto ideologi sekuler yang hanya menjadi kedok kebobrokan para rezim di Turki yang korup.
Dalam suatu jajak pendapat, Erdogan justru terpilih sebagai walikota terfavorit dari 200 walikota di Turki. Erdogan tidak kehilangan semangat dengan penangkapannya ini. Beliau justru mengubah sebuah puisi karangan Ziya Gokalp, yang menambah semangat para pendukungnya, yang sebagian besar adalah umat Islam yang merupakan mayoritas di Turki.
Berikut puisinya (terjemah kasar) : Bahasa Turki :
Minareler süngü, kubbeler miğfer Camiler kışlamız, mü’minler asker Bu iláhi ordu dinimi bekler Allahu Ekber, Allahu Ekber.
Bahasa Indonesia :
Masjid adalah barak kami, Kubah adalah helm kami, Menara adalah bayonet kami, Orang-orang beriman adalah tentara kami. Tentara ini menjaga agama kami. Perjalanan suci kami adalah takdir kami, Akhir perjalanan kami adalah syahid (di jalan-Nya). Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Setelah Partai Rafah dibubarkan oleh dewan nasional karena dianggap bertentangan dengan idelogi negara sekuler Turki, pada Agustus 2001, Erdogan mendeklarasikan partai baru yang bernama Partai Keadilan Pembangunan (AKP: Adalet ve Kalkinma Partisi, yang artinya putih, bersih, dan murni). Meski tidak secara tegas mencantumkan azas Islam karena hal itu memang dilarang, orang-orang AKP sudah dikenal masyarakat Turki sebagai penerus perjuangan Erbakan.
Meski baru berusia 12 bulan, pada pemilu 3 November 2002, AKP secara fantastis meraih 34,1 persen suara. Perolehan ini menjadikan AKP sebagai partai pemenang pemilu mengalahkan partai-partai nasionalis dan sekuler.
Karena masih berstatus terpidana, Erdogan tidak boleh menjabat sebagai perdana menteri. Dan jabatan itu dipegang oleh wakil ketua AKP, Abdullah Gul. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 12 Maret 2003, setelah kasus tuduhan terhadap Erdogan dianggap selesai dan disetujui parlemen, Erdogan pun akhirnya menjadi perdana menteri menggantikan Abdullah Gul.
Salah satu kebijakan Erdogan yang dianggap mengkhianati ideologi sekuler Turki adalah pencabutan larangan memakai jilbab. Padahal, sejak pendirian negara Turki sekuler oleh Mustafa Kemal Ataturk, jilbab sudah tidak lagi diperbolehkan berada dalam dinamika pemerintahan dan masyarakat Turki.
Karena pelarangan jilbab itulah, Erdogan terpaksa menyekolahkan anak-anak gadisnya ke Amerika dan Eropa yang memang membolehkan siswi berjilbab. Hal ini karena demi menjaga jilbab agar tidak lepas dari busana anak-anak wanitanya.
Fenomena inilah yang diperjuangkan Erdogan di Turki. Menurutnya kepada publik Turki, bagaimana mungkin Eropa dan Amerika yang jauh lebih sekuler dari Turki masih membolehkan siswi untuk mengenakan jilbab. Sementara Turki malah melarang. Erdogan pun akhirnya mengangkat logika ini untuk menyerang para anti Islam yang berlindung di balik topeng ideologi sekuler.
Akhirnya, pada pemilu 2007, partai yang dipimpin Erdogan mendapatkan suara yang sangat luar biasa, 46, 7 persen. Suatu perolehan yang belum pernah terjadi di pemilu Turki secara demokratis. Angka ini menjadikan AKP memperoleh 340 kursi dari 550 kursi parlemen.
Dalam kemenangan itulah, Erdogan dan partainya mengajukan proposal RUU Paket Demokrasi. Yang di antaranya, undang-undang yang membolehkan jilbab di sekolah, kampus, dan kantor-kantor pemerintah.
Keberpihakannya pada perjuangan umat Islam di Palestina, Erdogan secara aktif mengunjungi berbagai negara untuk melakukan lobi untuk mendukung perjuangan Palestina. Terakhir dalam diskusi internasional 'World Economic Forum' di Davos, Swiss, yang dihadiri Presiden Israel Shimon Peres, Sekjen PBB Ban Ki-moon, dan Amir Moussa, Erdogan duduk disamping Presiden Israel Shimon Peres menyatakan bahwa, “Israel adalah negara yang lebih daripada sekedar barbar” Beliau menatap tajam mata Presiden Israel Shimon Peres yang seolah cuek saja dengan Erdogan. Setelah itu, Erdogan pun meninggalkan forum.
Walau masih tidak terang-terangan menyatakan menegakkan syariat Islam di Turki, Erdogan dan partainya sudah berhasil meyakinkan masyarakat Turki yang sudah sekian puluh tahun terkungkung dalam topeng sukuler Turki kepada pembangunan nilai-nilai Islam yang universal.
Dari berbagai sumber. (mnh)